Mengembangkan Bakat
dan Kreatifitas Peserta Didik
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Perkembangan
Belajar Peserta Didik” yang dibina oleh Dra. Rahayu, M. Pd.
Oleh :
Kelompok 9/ Kelas B
DUWI ERNAWATI (150210204024)
EKA NOVITASARI (150210204028)
FIRDA AMELIA SAFITRI (150210204043)
FARISIA PRATIWI UMAMI (150210204051)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
PEMBAHASAN
1. Pengertian Bakat
Terdapat suatu kenyataan bahwa
manusia berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, antara lain dalam
intelegensi, bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, dan keadaan sosial. Jadi
yang dimaksud dengan perbedaan peroranagan ialah perbedaan dalam kemampuan dan
perbedaan dalam kecepatan belajar. Dalam proses belajar-mengajar secara
perorangan (individual), tidak akan timbul banyak masalah karena dapat di
adakan penyesuaian dengan kondisi dan kebutuhan anak tersebut. Sebaliknya, pada
proses belajar-mengajar (klasikal) akan timbul berbagai masalah yang bervariasi
dalam jumlah maupun jenis, sejalan dengan bervariasinya kebutuhan dan keadaan
anak didik. Perbedaan perorangan anak didik tercermin dalam sifat-sifat atau ciri-ciri
siswa (baik dalam kemampuan, ketrampilan, dan sikap belajar), macam atau
kualitas intruksi (yang meliputi jenis dan tingkat hasil belajar dalam ranah
kognitif, psikomotorik, dan afektif). Berikut ini beberapa pendapat para ahli
mengenai pengertian bakat:
a.
Menurut
Crow (1989), bakat bisa dianggap
sebagai kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam.
Bakat juga dapat dianggap sebagai keunggulan khusus dalam bidang perilaku
tertentu, seperti musik, matematika, atau olahraga.
b.
Willian B. Michael (dalam Suryabrata, 1995) mendefinisikan bakat sebagai kapasitas seseorang dalam
melakukan tugas, yang sedikit sekali dipengaruhi atau tergantung pada latihan.
c.
Brigham (dalam Suryabrata, 1995) mendefinisikan bakat yang dititikberatkan kepada apa yang
dapat dilakukan individu (segi kinerja), setelah individu mendapatkan latihan.
d.
Traxler (dalam Crow dan Crow, 1989) mendefinisikan bakat sebagai kondisi, kualitas, atau
sekumpulan kualitas pada diri individu yang menunjukkan kemungkinan sampai
dimana dia akan mampu mendapatkan, dengan latihan yang cocok, pengetahuan,
keterampilan, atau sekumpulan pengetahuan, pengertian dan keterampilan, seperti
kemampuan untuk menyumbangkan diri dalam bidang seni, kemampuan mekanik,
kemampuan matematika, atau kemampuan membaca dan berbicara dengan menggunakan
bahasa asing.
e.
Woodworth dan Marquis (dalam Suryabrata, 1995) memberikan definisi bakat sebagai prestasi yang dapat
diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus. Oleh karena itu bakat
dikategorikan sebagai suatu kemampuan (ability), yang memiliki tiga arti:
1.
Achievment, yang
merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dengan alat tes tertentu
2.
Capacity, yang
merupakan kemampuan potensial, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan
melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang
dengan perpaduan antara dasar dengan latihan yang intensif dan pengalaman
3.
Aptitude,
yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap atau diukur dengan tes khusus yang
sengaja dibuat
f. Pengertian bakat dalam Kapita Selekta Pendidikan SD
adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas tanpa banyak bergantung pada
latihan.
Dari perbedaan pendapat mengenai
bakat diatas, maka Suryabrata (1995) berpendapat bahwa analisis mengenai bakat
merupakan analisis mengenai tingkah laku. Berdasarkan tingkah laku dapat
ditemukan gejala sebagai berikut:
a.
Bahwa
individu melakukan sesuatu
b.
Bahwa
apa yang dilakukan itu merupakan sebab dari sesuatu tertentu (mempunyai akibat
atau hasil tertentu)
c.
Bahwa
individu melakukan sesuatu itu dengan cara tertentu
Selanjutnya disimpulkan oleh
Suryabrata (1995) bahwa tingkah laku mengandung tiga aspek, yaitu:
a.
Aspek tindakan
(performance atau act)
b.
Aspek
sebab atau akibatnya (a person causes a result)
c.
Aspek
ekspresif
Bakat juga perlu
dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang. Hal ini
sesuai dengan yang di ungkapkan oleh:
a. Utami Munandar (1987) bahwa bakat merupakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
b. Suwarno (1986) bahwa bakat adalah kondisi didalam diri seseorang yang memungkinkannya
dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan
khusus.
c. Renzulli (Munandar, 1999) mengungkapkan bahwa yang menentukan keberbakatan seorang individu tidak
hanya karena kemampuan umumnya berada di atas rata-rata, melainkan juga
kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).
d. Munandar (Ali dan Asroro, 2005) menegaskan bahwa bakat (aptitude) mengandung makna
kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan dan
dilatih lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih potensial atau laten, bakat
merupkan potensi yang masih memerlukan pengembangan dan latihan secara serius
dan sistematis agar dapat terwujud.
e. Semiawa (Ali & Asrori, 2005) menyimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan alamiah
untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun
yang bersifat khusus. Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai
prestasi dalam bidang tertentu. Tetapi, untuk mewujudkan bakat ke dalam suatu
prestasi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan motivasi.
Jadi, dapat kami simpulkan
bahwa bakat merupakan potensi yang ada dalam diri seseorang yang perlu dilatih
dan dikembangkan karena tanpa latihan dan pengembangan maka bakat yang ada
dalam diri seseorang tidak akan terwujud.
Berkaitan dengan hal
tersebut, U.S. Office of Education menekankan bahwa anak berbakat
memerlukan pelayanan dan program pendidikan khusus dengan potensi, minat dan
kemampuan agar dapat merealisasikan bakat yang dimilikinya. Bakat bukanlah
merupakan trait atau sifat tunggal, melainkan merupakan sekelompok sifat yang
secara bertingkat membentuk bakat. Bakat baru muncul atau teraktualisasi bila
ada kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan, sehingga mungkin saja
terjadi seseorang tidak mengetahui dan tidak mengembangkan bakatnya sehingga
tetap merupakan kemampuan yang laten.
Test bakat (patitude test) adalah
tes yang mengukur potensi atau kapasitas yang dapat dicapai seseorang di masa
depan, sedangkan tes prestasi (achievement test) adalah tes yang mengukur
kemampuan untuk berprestasi saat ini. Kemampuan adalah daya untuk melakukan
suatu tindakan sebagai hasil dari pembaawan dan latihan. Kemampuan menunjukkan
bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan
latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan
datang. Kapasitas biasanya diartikan sebagai kemampuan yang dapat dikembangkan
sepenuhnya di masa mendatang apabila kondisi latihan dilakukan secara optimal.
Dalam praktek, kapasitas seseorang jarang tercapai. Setiap orang mempunyai
bakat-bakat tertentu masing-masing dalam bidang dan derajat yang berbeda-beda.
Yang dimaksud dengan anak berbakat
ialah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan unggul mampu memberikan prestasi
yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi
dan/atau pelayanan yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat
mewujudkan bakat-bakat mereka secara optimal baik untuk pengembangan diri maupun
untuk dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kemajuan masyarakat dan
Negara. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud
meliputi:
a.
Kemampuan
intelektual umum
b.
Kemampuan
akademik khusus
c.
Kemampuan
berpikir secara kreatif-produktif
d.
Kemampuan
dalam salah satu bidang seni
e.
Kemampuan
psikomotorik/kinestetik
f.
Kemampuan
psikososial atau bakat kepemimpinan.
2.
Pengertian Kreativitas
Beberapa pengertian kreativitas menurut para ahli,
diantaranya:
a. Utami Munandar (1995:25), kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru,
sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan
dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
b. Imam Musbikin (2006:6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau
tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar
menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan
pertanyaan baru yang perlu di jawab.
c. Mangunhardjana (1986:11) kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya berguna,
lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan,
mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan,
mendatangkan hasil lebih baik atau banyak.
d. Stemberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut
psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi.
e. Baron (1969), kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan seuatu
yang baru.
f. Supriyadi dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005:15), kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang
relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan
terjadinya eskalasi dalam kemampuan berfikir, ditandai oleh suksesi, dikontinuitas,
diverensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.
g. Clark Moustakis (1967), kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan
identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri,
dengan alam, dan dengan orang lain.
h. Rhodes, kreativitas
didefinisikan sebagai pribadi (person) kreatif yang melibatkan diri dalam
proses (process) kreatif dan dengan dorongan atau dukungan (press) dari
lingkungan, menghasilkan produk (product) kreatif.
i.
Hulbeck (1945), tindakan kreatif muncul dari keunikan kepribadian
dalam interaksi dengan lingkungannya.
j.
Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.
k. Torrance (1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat
dugaan tentang kekurangan (masalah), menilai dan menguji dugaan atau hipoteis,
kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan
hasil-hasilnya.
Adapun definisi kreativitas
tergantung pada segi penekanannya yaitu:
1. Kretivitas dalam dimensi person yaitu upaya
mendefinisikan kreatifitas yang berfokus pada individu atau person dari
individu yang dapat diebut kreatif.
2. Kreativitas dalam dimensi process. Proses upaya
mendefiniikan kreativitas yang berfokus pada proses berfikir sehingga
memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
3. Definisi kreativitas dalam dimensi press. Definisi dan
pendekatan kreativitas yang menekankan faktor perss atau dorongan, baik
dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau
bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial
dan psikologi. Mengenai press dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai
imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas
juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan
kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4. Definisi kreativitas dalam dimensi product, merupakan
upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau merupakan upaya
yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru atau sebuah penggabungan
yang inovatif. Definisi ini menekankan pada orisinalitas.
Secara operasional,
kreativitas adalah kemampuan mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan
orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
Kreativitas ialah sifat dari seseorang yang mampu berfikir berbeda sehingga
dapat menciptakan sesuatu yang baru ataupun memperbaharui sesuatu yang lama,
yang akan bermanfaat untuk kehidupan seseorang, kreatifitas dapat diedukasi
ataupun dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan pendidikan ataupun di luar
pendidikan.
a. Jenis-Jenis Bakat Khusus
Berkaitan dengan adanya perbedaan
individual, setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda. Semiawan dan Munandar
(Ali dan Asrori, 2005) mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus, baik yang
masih berupa potensi maupun yang sudaah terwujud, menjadi lima bidang yaitu:
1.
Bakat Akademik Khusus
Dalam mengidentifikasi bakat akademik khusus, seorang
guru dapat menggunakan tes prestasi akademik. Tes prestasi akademik bertujuan
mengukur pembelajaran, pengetahuan tentang fakta, prinsip dan kemampuan untuk
menerapkannya dalam situasi sehari-hari (Munandar,1999).
Tes ini dimaksudkan untuk mengukur prestasi belajar. Termasuk ke dalam bakat
akademik khusus, misalnya bakat untuk memahami konsep yang berkaitan dengan
angka-angka (numeric), logika bahasa (verbal).
2.
Bakat Kreatif Produktif
Bakat kreatif produktif memiliki arti bakat dalam hal
menciptakan sesuatu yang baru, misalnya menghasilkan program komputer terbaru,
arsitektur terbaru, dsb. Alat untuk mengidentifikasi bakat kreatif yang berlaku
di Indonesia diantaranya kreativitas verbal (Munandar
1999). Tes ini terdiri dari 6 subtes yang mengukur dimensi berfikir
divergen. Keenam subtes ini adalah:
a.
Pemulaan kata, subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai
dari suku kata tertentu, contoh siswa diminta untuk membuat kata sebanyak
mungkin dari awalan kata “sa”.
b.
Menyusun kata adalah subtes yang menghendaki siswa menyusun sebanyak
mungkin kata dengan menggunakan huruf-huruf dari satu kata yang diberikan.
Subtes ini selain mengukur kelancaraan kata juga menuntut kemampuan dalam
reorganisasi persepsi. Contohnya: “proklamasi”, respon yang diharapkan adalah
siswa diminta menyusun kata lain dengan huruf-huruf proklamasi (misalnya:
aklamai, pak, kolam dll).
c.
Membentuk kalimat tiga kata, siswa diminta untuk menyusun kalimat yang
terdiri dari tiga kata. Huruf pertama setiap kata diberikan akan tetapi urutan
dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh berbeda-beda. Contoh: A-L-G (Ali
Lihat Gorila,-Gorila Akan Lari, dsb)
d.
Sifat-sifat yang sama, siswa harus menemukan sebanyak mungkin objek yang
semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Subte ini mengukur kelancaran
dalam memberikan gagasan yang sesuai dengan persyaratan tertentu. Contoh: merah
dan cair, siswa akan memberikan respon (darah, sirop marjan, cat air warna
merah, gula merah cair, cat dinding merah).
e.
Macam-macam penggunaan, mengharuskan siswa memikirkan sebanyak mungkin
penggunaan yang tidak lazim dari benda ehari-hari. Subtes ini mengukur
kelenturan dan orisinalitas dalam berfikir. Contoh: pensil, respon siswa
misalnya untuk tusuk konde, untuk bercocok tanam, untuk membuat lingkaran
donat, dll.
f.
Apa akibatnya, mengharuskan siswa memikirkan segala seuatu yang mungkin
terjadi dari suatu kejadian. Subtes ini mengukur kelancaran dalam memberikan
dan mengembangkan suatu gagasan dengan mempertimbangkan implikasinya. Contoh:
apa akibatnya jika manusia dapat terbang seperti burumg?. Respon siswa
misalnya: tidak ada kemacetan lalu lintas, jumlah kendaraan berkurang, dan
polusi asap kendaraan berkurang.
3.
Bakat Seni
Bakat khusus dalam bidang eni, misalnya mampu
mengaransemen musik yang banyak digemari orang, menciptakan lagu dalam waktu
yang singkat dan mampu melukis dengan indah dalam waktu yang relatif singkat.
Mengenali bakat seni bergantung pada metode observasi yang dinilai oleh ahli
dalam bidang seni. Diharapkan ahli-ahli tersebut tidak hanya menilai kemampuan
reproduktif di bidang eni, tetapi juga kemampuan inovatif, melalui
kecenderungan untuk dapat melepaskan diri dari bentuk seni yang konvensional
tradisional (Munandar 1999).
4.
Bakat Kinestik/Psikomotorik
Bakat khusus kinestik/psikomotorik, antara lain sepak
bola dan bulu tangkis. Kemampuan psikomotor tidak hanya diperlukan dalam
berolah raga namun juga berbagai kegiatan lain seperti memainkan alat musik dan
drama, menari, dsb. Derajad keterampilan motorik yang diperlukan untuk
maing-masing kegiatan berbeda-beda. Dalam melakukan identifikasi kemampuan
psikomotorik, diperlukan pemahaman mengenai kemampuan-kemampuan yang terkait
dengan kemampuan psikomotorik yang akan diukur. Kemampuan-kemampuan yang
terkait dengan kemampuan psikomotorik adalah kemampuan intelektual, kemampuan
khusus yang berkaitan dengan bakat, tingkat perkembangan keseluruhan badan
misalnya, kelenturan, kecepatan, koordinasi, dll.
5.
Bakat Sosial
Bakat khusus di bidang sosial antara lain mahir melakukan
negosiai, menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam organisai, dan mahir
dalam kepemimpinan. Bakat sosial didefinisikan oleh Marlan (Munandar, 1999)
sebagai bakat yang tidak hanya mencakup kemampuan intelektual, tetapi juga
kepribadian. Faktor yang paling erat kaitannya dengan kepemimpinan adalah
kapasitas, prestasi, tanggung jawab, peran serta, status, dan situasi
(Stogdill, dikutip Katena, dalam Munandar, 1999).
b. Identifikasi, Pengukuran Bakat dan Kreativitas
a. Alasan mengidentifikasi Bakat Kreatif.
Mengidentifikasi bakat kreatif siswa-siswa merupakan
sesuatu yang penting bagi seorang guru karena alasan berikut :
a.
Kreatifitas sangat bermakna dalam kehidupan.
b.
Melalui pengukuran dan identifikasi bakat kreatif, akan ditemukan pula
siswa-siswa yang kemampuan kreatifnya sangat rendah.
c.
Dengan memahami bakat kreatif siswa yang terpendam, guru dapat terbantu
untuk merancang kegiatan yang menantang dan menarik bagi siswa sehingga
tercapai tujuan pembelajaran.
d.
Untuk membantu siswa memilih jurusan pendidikan dan karier yang menuntut
kemampuan kreatif.
b. Tujuan Penggunaan Tes Kreativitas
Ada 3 penggunaan utama untuk tes kreativitas, yaitu:
a.
Identifikasi Anak Berbakat Kreatif
Tes kreativitas sering digunakan untuk
mengidentifikasi siswa berbakat kreatif untuk program anak berbakat
intelektual. Kebanyakan program anak berbakat berasaskan bahwa siswa kreatif
perlu diidentifikasikan dan kreativitas perlu diajarkan.
b.
Penelitian
Penelitian membantu kita memahami perkembangan
kreativitas. Tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan dengan dua cara.
Pertama, untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif dan membandingkan mereka
dengan orang-orang biasa. Kedua, tes kreativitas dalam penelitian dapat
digunakan untuk menilai dampak pelatihan kreativitas terhadap kekreatifan
peserta.
c.
Konseling
Konselor atau psikolog sekolah di sekolah dasar dan
menengah memerlukan informasi mengenai seorang siswa yang dikirim karena
sikapnya yang apatis, tidak kooperatif, berprestasi kurang, atau karena masalah
lain. Mungkin saja siswa itu sebetulnya kreatif, tetapi tidak tahan akan
pekerjaan rutin yang baginya membosankan, sikap guru yang otoriter dan kurang
memberikan kebebasan dalam ungkapan diri. Tes kreativitas dapat membantu
konselor, guru, orangtua, dan siswa sendiri untuk mengenali dan memahami bakat
kreatif siswa yang terpendam. Informasi ini memungkinkan guru untuk merancang
kegiatan yang menantang dan menarik bagi siswa kreatif.
c. Jenis Alat untuk Mengukur Bakat Kreatif
Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa
pendekatan, yaitu pengukuran langsung; pengukuran tidak langsung, dengan
mengukur unsur-unsur yang menandai ciri tersebut; pengukuran ciri kepribadian
yang berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran yang bukan
tes. Pendekatan kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata.
1. Tes yang Mengukur Kreativitas secara Langsung
Sejumlah tes kreativitas telah disusun dan digunakan, antara lain tes
terkenal dari Torrance yang digunakan untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance
Test of Creative Thinking: TICT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk
figural. Ada yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu Tes Lingkaran (Circles
Test) dari Torrance.tes ini pertama kali digunakan di Indonesia dalam
penelitian Utami Munandar (1997) untuk disertasinya “Greativity and
Education”, dengan tujuan membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan
ukuran kreatifitas figural.
2. Tes yang Mengukur Unsur-Unsur Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu konstruk yang multidimensi, terdiri dari
berbagai dimensi, yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif
(sikap dan kepribadian), dan dimensi psikomotorik (keterampilan kreatif).
3. Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif
Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus, antara lain adalah:
a.
Tes Mengajukan Pertanyaan, yang merupakan bagian dari Tes Torrance untuk
Berpikir Kreatif.
b.
Tes Risk Taking, digunakan untuk menunjukkan dampak pengambilan
resiko terhadap kreativitas.
c.
Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang
mengidentifikasikan diri. Dengan peran jenis kelaminnya. Alat yang sudah
digunakan di Indonesia adalah Bem Sex Role Inventory.
4. Pengukuran Bakat Kreatif secara Non-Tes
Dalam upaya mengatasi keterbatasan tes tertulis untuk mengukur kreativitas
dirancang beberapa pendekatan alternatif yaitu:
a.
Daftar Periksa (Cheklist) dan Kuesioner
Alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang
karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif.
b.
Daftar Pengalaman
Teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang
di masa lalu. Format yang paling sederhana adalah meminta seseorang menulis
autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas
perilaku kreatif.
c.
Pengamatan Langsung terhadap Kinerja Kreatif
Mengamati bagaimana orang bertindak dalam situasi
tertentu nampaknya merupakan teknik yang paling absah, tetapi makan waktu dan
dapat pula bersifat subyektif.
[
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bakat dan Kreativitas
a. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat
Khusus.
Bakat sebagai potensi masih memerlukan pengembangan
agar dapat diwujudkan dalam bentuk prestasi. Sejumlah faktor yang mempengaruhi
perkembangan bakat khusus dikelompokkan ke dalam dua golongan: yaitu, Faktor
Internal dan Faktor Eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri individu, yang mencakup: minat, motif berprestasi, keberanian
mengambil resiko, ulet dan tekun, serta kegigihan dan daya juang. Adapun Faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan tempat seorang anak
tumbuh dan berkembang. Yang meliputi: kasempatan maksimal untuk mengembangkan diri,
sarana dan prasarana, dukungan dan dorongan orang tua/keluarga, lingkungan
tempat tinggal dan pola asuh.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Kreativitas
Kreativitas membutuhkan rangsangan dari lingkungan
untuk berkembang secara optimal. Beberapa faktor yang menentukan adalah:
1.
Kebebasan
Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada
anak.
2.
Respek
Orang tua yang menghormati anaknya sebagai individu, percaya
akan kemampuan anak mereka, dan menghargai keunikan anak mereka.
3.
Kedekatan emosi yang sedang
Kreativitas akan dapat dihambat dengan suasana emosi
yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau rasa terpisah.
4.
Prestasi bukan angka
Orang tua anak kreatif menghargai prestasi anak,
mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya, dan menghasilkan karya-karya yang
baik.
5.
Orang tua aktif dan mandiri
Sikap orang tua terhadap diri sendiri amat penting
karena orang tua merupakan model bagi anak.
6.
Menghargai kreativitas
Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari
orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif.
Tumbuh dan
berkembangnya kreasi diciptakan oleh individu, dipengaruhi oleh kebudayaan
serta dari masyarakat dimana individu itu hidup dan bekerja. Tumbuh dan
berkembangnya kreativitas dipengaruhi pula oleh banyak faktor terutama adalah
karakter yang kuat, kecerdasan yang cukup dan lingkungan kultural yang
mendukung. Munandar (2009) menyebutkan bahwa perkembangan kreativitas dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu :
- Faktor internal, yaitu faktor
yang berasal dari atau terdapat pada diri individu yang bersangkutan.
Faktor ini meliputi keterbukaan, kemampuan untuk bermain atau
bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep-konsep, serta
membentuk kombinasi-kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada
sebelumnya.
- Faktor eksternal, yaitu faktor
yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor-faktor ini
antara lain meliputi keamanan dan kebebasan psikologis, sarana atau
fasilitas terhadap pandangan dan minat yang berbeda, adanya penghargaan
bagi orang yang kreatif, adanya waktu bebas yang cukup dan kesempatan
untuk menyendiri, dorongan untuk melakukan berbagai eksperimen dan
kegiatan-kegiatan kreatif, dorongan untuk mengembangkan fantasi kognisi
dan inisiatif serta penerimaan dan penghargaan terhadap individual.
Bukan hanya
faktor-faktor non-kognitif seperti sifat, sikap, minat dan temperamen yang
turut menentukan produksi lintas kreatif. Selain itu latihan dan pengemabangan
aspek non-kognitif seperti sikap berani mencoba sesuatu, mengambil resiko,
usaha meningkatkan minat dan motivasi berkreasi, pandai memanfaatkan waktu
serta kepercayaan diri dan harga diri akan sangat menentukan kreativitas (Munandar,
2009).
Menurut Rogers
(dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya
kreativitas individu diantaranya:
a.
Dorongan
dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut Roger (dalam
Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam
dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan
mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi
primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru
dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam
Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang
menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu
atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan,
dan pelatihan dari lingkungan. Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi
internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi
diantaranya:
- Keterbukaan terhadap
pengalaman
- Kemampuan untuk
menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of
evaluation)
- Kemampuan untuk bereksperimen
atau “bermain” dengan konsep-konsep.
b.
Dorongan
dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
Munandar (2009)
mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu
dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga
merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam
pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di
setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat
berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada
lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat
juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar, 2009)
menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai
dengan adanya:
1)
Keamanan
psikologis
Keamanan psikologis
dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:
a. Menerima
individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
- Mengusahakan
suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau
sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.
- Memberikan pengertian secara
empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu
melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
2)
Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas
secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas
mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Menurut Hurlock
(dalam Munandar, 2009) kepribadian merupakan faktor yang penting bagi
pengembangan kreativitas. tindakan kreativitas muncul dari keunikan keseluruhan
kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan. Dari ungkapan pribadi yang unik
inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif.
Selain itu, terdapat pula faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya
variasi atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu (Harlock, 1993) yaitu:
a.
Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas
yang lebih besar daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa
kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan
terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan
untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan
didorong oleh para orang tua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan
orisinalitas.
- Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang
lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial
ekonomi kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosial ekonomi
yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan
dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
- Urutan kelahiran
Anak dari berbagai urutan kelahiran
menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan
lingkungan dari pada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan
anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama.
Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan
harapan orang tua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang
penurut daripada pencipta.
- Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil cenderung lebih
kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik
anak yang otoriter dan kondisi sosial ekonomi kurang menguntungkan mungkin
lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
- Lingkungan kota vs lingkungan
pedesaan
Anak dari lingkungan kota cenderung
lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan.
- Inteligensi
Setiap anak yang lebih pandai
menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai.
Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan
mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
Selain itu juga yang
dapat mempengaruhi proses kreativitas seseorang, dari luar diri individu
seperti hambatan sosial, organisasi dan kepemimpinan. Sedangkan dari dalam diri
individu seperti pola pikir, paradigma, keyakinan, ketakutan, motivasi dan
kebiasaan.
Menurut Munandar (2009) terdapat beberapa hal
yang dapat menghambat pengembangan kreativitas yaitu:
1. Evaluasi,
menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa
pendidik tidak memberikan evaluasi atau paling tidak menunda pemberian evaluasi
sewaktu anak sedang asyik berkreasi.
- Hadiah, pemberian
hadiah dapat merubah motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
- Persaingan
(kompetisi), persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya
akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain dan bahwa yang terbaik akan
menerima hadiah. Hal ini dapat mematikan kreativitas.
- Lingkungan yang membatasi
Kendala lain yang juga diungkapkan
oleh Munandar yaitu:
1.
Kendala dari rumah
Menurut
Amabile (dalam Munandar, 2009)
lingkungan keluarga dapat menghambat kreativitas anak dengan tidak menggunakan
secara tepat empat pembunuh kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, kompetisi dan
pilihan atau lingkungan yang terbatas.
2.
Kendala dari sekolah
Ada
beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas antara lain:
a. Sikap
guru, tingkat motivasi instrinsik akan rendah jika guru terlalu banyak
mengontrol, dan lebih tinggi jika guru member lebih banyak otonomi.
- Belajar dengan
hafalan mekanis, hal ini dapat menghambat perkembangan kreativitas siswa
karena materi pelajaran hanya cocok untuk menjawab soal pilihan ganda
bukan penalaran.
- Kegagalan, semua
siswa pernah mengalami kegagalan dalam kegagalan mereka tetapi frekuensi
kegagalan dan cara bagaimana hal itu ditafsirkan mempunyai dampak nyata
terhadap motivasi intrinsik dan kreativitas.
- Tekanan akan
konformitas, anak-anak usia sekolah dapat saling menghambat kreativitas
mereka dengan menekankan konformitas.
e.
Sistem sekolah, bagi
anak yang memiliki minat-minat khusus dan kreativitas yang tinggi sekolah bisa
sangat membosankan.
3.
Kendala konseptual
Adams (dalam Munandar,
2009) menggunakan istilah conceptual blocks
yaitu dinding mental yang merintangi individu dalam pengamatan suatu masalah
serta pertimbangan cara-cara pemecahannya. Kendala itu memiliki dua sifat yaitu
eksternal dan internal.
a)
Kendala yang bersifat
eksternal antara lain:
1.
Kendala kultural,
menurut Adams (Munandar, 2009) ada beberapa contoh kendala kultural yaitu:
·
Berkhayal atau melamun
adalah membuang-buang waktu.
·
Suka atau sikap bermain
hanyalah cocok untuk anak-anak.
·
Kita harus berpikir
logis, kritis, analitis dan tidak mengandalkan pada perasaan dan firasat.
·
Setiap masalah dapat
dipecahkan dengan pemikiran ilmiah dan dengan uang yang banyak.
·
Ketertarikan pada
tradisi.
·
Adanya atau berlakunya
tabu.
2.
Kendala lingkungan
dekat (fisik dan sosial), contoh kendala lingkungan dekat:
·
Kurang adanya kerja
sama dan saling percaya antara anggota keluarga atau antara teman sejawat.
·
Majikan (orang tua) yang
otokrat dan tidak terbuka terhadap ide-ide bawahannya (anak).
·
Ketidaknyamanan dalam
keluarga atau pekerjaan.
·
Gangguan lingkungan,
keributan atau kegelisahan.
·
Kurang adanya dukungan
untuk mewujudkan gagasan-gagasan.
b)
Kendala yang bersifat
internal antara lain:
1.
Kendala perceptual, kendala
perceptual dapat berupa:
·
Kesulitan untuk
mengisolasi masalah.
·
Kecenderungan untuk
terlalu membatasi masalah.
·
Ketidakmampuan untuk
melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang.
·
Melihat apa yang
diharapkan akan dilihat, pengamatan stereotip memberi label terlalu dini.
·
Kejenuhan, sehingga tidak
peka lagi dalam pengamatan.
·
Ketidakmampuan untuk menggunakan
semua masukan sensoris.
2.
Kendala emosional,
kendala ini mewarnai dan membatasi bagaimana kita melihat, dan bagaimana kita
berpikir tentang suatu masalah. Sebagai contoh:
·
Tidak adanya tantangan,
masalah tersebut tidak menarik perhatian kita.
·
Semangat yang berlebih,
terlalu bermotivasi untuk cepat berhasil, hanya dapat melihat satu jalan untuk
diikuti.
·
Takut membuat
kesalahan, takut gagal, takut mengambil resiko.
·
Tidak tenggang rasa
terhadap ketaksaan (ambiguity) kebutuhan yang berlebih akan keteraturan dan
keamanan.
·
Lebih suka menilai gagasan,
daripada member gagasan.
·
Tidak dapat rileks atau
berinkubasi.
3.
Kendala imajinasi, hal
ini menghalangi kebebasan dalam menjajaki dan memanipulasi gagasan-gagasan.
Contoh:
·
Pengendalian yang
terlalu ketat terhadap alam pra-sadar atau tidak sadar.
·
Tidak memberi kesempatan
pada daya imajinasi.
·
Ketidakmampuan untuk
membedakan realitas dari fantasi.
4.
Kendala intelektual,
hal ini timbul bila informasi dihimpun atau dirumuskan secara tidak benar.
Contoh:
·
Kurang informasi atau
informasi yang salah.
·
Tidak lentur dalam
menggunakan strategi pemecahan masalah.
·
Perumusan masalah tidak
tepat.
5.
Kendala dalam ungkapan,
misalnya:
·
Keterampilan bahasa
yang kurang untuk mengungkapkan gagasan.
·
Kelambatan dalam
ungkapan secara tertulis.
Berdasarkan
penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kendala yang dapat menghambat
kreativitas terdiri dari kendala dari rumah, kendala dari sekolah dan
kendala konseptual.
Jadi, potensi
kreatif pada semua orang tergantung bagaimana cara mengembangkannya secara
optimal agar tidak terhambat dan bias berkembang dengan baik.
c. Kendala-Kendala dalam Mengembangkan Bakat dan Kreativitas
Kendala terhadap produktifitas kreatif dapat bersifat internal, yaitu
berasal dari individu itu sendiri. Dapat pula bersifat eksternal, yaitu
terletak pada lingkungan individu, baik lingkungan makro maupun lingkungan
mikro. Kendala internal yaitu keyakinan bahwa lingkunganlah yang menyebabkan
dirinya tidak mempunyai kesempatan mengembangkan kreativitasnya. Kendala
eksternal antara lain yaitu tentang evaluasi, pujian, perasaan diamati selagi
mengerjakan sesuatu, pemberian hadiah dan persaingan.
Dalam
situasi pendidikan, hendaknya tidak selalu hanya ditekankan produk yang
dihasilkan. Proses bersibuk diri secara kreatif perlu juga mendapat penghargaan
dari pendidik. Yang perlu dirangsang dan dipupuk adalah sikap dan minat untuk
melibatkan diri dalam kegiatan kreatif. Mengembangkan kreativitas anak didik
meliputi segi:
1. Pengembangan kognitif, antara lain dilakuakn dengan
merangsang kelancaran, kelenturan, dan keaslian dalam berpikir.
2. Pengembangan afektif, dilakukan dengan memupuk siap dan minat
untuk bersibuk diri secara kreatif.
3. Pengembangan psikomotorik, dilakuakn dengan menyediakan
sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan siswa mengembangkan
ketrampilannya dalam membuat karya-karya yang produk-inovatif.
d.
Hal-Hal yang Dapat Dilakukan untuk Mengembangkan Kreativitas
dan Bakat
a. Menciptakan lingkungan yang merangsang kreativitas.
Mengembangkan rasa
ingin tahu peserta didik dengan mengenalkannya pada berbagai hal atau kegiatan,
misalnya dengan melakukan eksprerimen sederhana, membuat kreasi, atau
mengunjungi museum.
b. Melibatkan anak dalam kegiatan curah ide (brainstorming)
Meminta peserta
didik untuk melontarkan beragam ide dalam kelompok, dan kemudian membahas
ide-ide yang dilontarkan. Semakin banyak ide yang dihasilkan, semakin besar
kemungkinkan munculnya ide-ide yang unik.
c. Memberikan kesempatan untuk bereksplorasi dan mencoba
Memberikan peserta
didik kebebasan untuk melakukan eksplorasi, menemukan hal-hal baru, dan
sesekali membuat kesalahan sehingga ia dapat belajar menelaah berbagai sudut
pandang untuk memecahkan persoalan.
d. Memunculkan motivasi internal
Menghargai setiap
ide maupun karya yang dihasilkan peserta didk secara proporsional. Menghindari
memberi kritik yang dapat menimbulkan kekecewaan pada peserta didik.
Menghindari juga memberi pujian secara berlebihan. Hendaknya juga tidak selalu
menghadapkan peserta didik pada situasi yang kompetitif.
e. Mengembangkan cara berpikir yang fleksibel dan playful
Melatih peserta
didik untuk menelaah berbagai sudut pandang dalam menghadapi persoalan.
f. Mengenalkan anak dengan orang-orang yang kreatif
Mengenalkan
peserta didik pada seseorang yang memiliki suatu karya dan diskusikan mengenai
kemampuannya. Untuk mengembangkan bakat dan minat peserta didik, diperlukan
beberapa faktor berikut:
4.
Stimulasi
Faktor
Stimulan
bakat dan minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang utama ialah kesadaran
akan potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan fokus dengan
kemampuan atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan,
karena waktu kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat
jadi berkurang.
5.
Berusaha
untuk Kreatif
Berusaha
kreatif dengan mencari inspirasi dari mana saja, kapan saja,dan dari siapa
saja. Kreativitas akan menuntun jalan kita menuju pengenalan dan pemahaman
bakat, menumbuh kembangkan minat, sehingga kita dapat mengembangkannya agar bermanfaat
untuk hidup kita.
6.
Pelihara
Kejujuran dan Ketulusan.
Kita
harus jujur mengakui bakat yang kita miliki sekalipun tidak begitu kita minati.
Ketulusan menyukuri bakat dapat menumbuhkan minat meskipun perlu proses dan
waktu. Bakat alami itu akan tetap ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan
dengan meningkatkan kekuatan minat. Misalnya, kita semua bisa menulis, bakat
yang bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada orang lain. Ketika
bakat itu disertai dengan minat yang kuat, maka bakat itu akan berkembang lebih
pesat dan berkualitas. Bakat itu akan mengundang kerinduan untuk melakukannya
kembali, seperti energi yang mensuplai kebutuhan.
KESIMPULAN
Bakat adalah kemampuan potensial dalam diri
seseorang, baik yang udah dikembangkan maupun yang belum dikembangkan.
Seringkali bakat seseorang jelas terlihat bila ia melakukan uatu aktivitas dan
ia dapat dengan cepat belajar dan berhasil pada bidang tersebut. Bakat adalah
potensi yang masih perlu dikembangkan secara maksimal melalui latihan dengan
motivasi yang tinggi agar menghasilkan suatu prestasi. Lima bidang bakat khusus
yaitu: bakat akademik khusus, bakat kreatif produktif, bakat seni, bakat
kinestik/psikomotorik, dan bakat sosial. Rhodes mengelompokkan berbagai
definisi kreativitas ke dalam empat kategori P yaitu: person (pribadi), press
(pendorong), process (prose), dan product (produk). Keempat kategori P ini
saling berkaitan, pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif,
dan dengan dukungan/dorongan dari lingkungan menghasilkan suatu produk kreatif.
Kreativitas merupakan usaha melibatkan diri
pada proses kreatif yang didasari oleh intelegensi, gaya kognitif, dan
kepribadian/motivasi, juga merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau mencipta
sesuatu yang baru serta kreativitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan
pada saat ini. Kreativitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan
baru. Individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh
lingkungannya, karena mereka mampu memenuhi kebutuhan lingkungannya yang terus
berubah. Individu dan oraganisasi yang kreatif akan mampu bertahan dalam
kompetisi global yang dinamis dan ketat.
Lingkungan merupakan faktor yang penting dalam
menentukan pengembangan bakat kreatif berdasarkan kecerdasan yang dimiliki
anak. Kreativitas sangat bermakna dalam kehidupan, baik bagi siswa yang
memiliki bakat kreatif maupun bagi masyarakat luas. Kemampuan kreatif sangat
diperlukan dalam pemecahan masalah dan akan sangat bermanfaat bagi pengembangan
diri siswa yang bersangkutan. Identifikasi dan pengukuran bakat kreatif
bermanfaat untuk merancang kegiatan yang menantang dan menarik bagi siswa
sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Dalam mengidentifikasi bidang
bakat-bakat khusus, dapat menggunakan tes-tes misalnya tes prestasi akademis,
tes kreativitas verbal, mengobservasi kemampuan psikomotorik, dsb.
Aspek
|
Faktor
Pendukung
|
Faktor
Penghambat
|
Bakat
|
Internal:
·
Minat
·
Motif berprestasi memadai
·
keberanian
mengambil resiko
·
Ulet dan tekun
·
Kegigihan dan daya
juang.
|
Internal:
·
Motivasi berprestasi
rendah
·
Takut mencoba sesuatu
yang belum pernah dilakukan
·
Mudah menyerah
·
Malas
|
Eksternal:
·
Kesempatan maksimal
untuk mengembangkan diri
·
Sarana dan prasarana
yang mendukung
·
Dorongan orang
tua/keluarga
·
Pola asuh.
|
Eksternal:
·
Lingkungan yang tidak
memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan bakat
·
Tidak tersedia sarana
dan prasarana
·
Orang tua/keluarga
cenderung hanya menghargai bakat yang berkaitan dengan kemampuan akademik
·
Pola asuh
|
|
Kreativitas
|
Sikap Orang Tua:
·
Kebebasan bagi anak
untuk berkreasi
·
Menghormati anaknya
sebagai individu
·
Percaya akan
kemampuan anak
·
Menjalin kedekatan
emosi yang sedang
·
Orang tua yang aktif
dan mandiri
·
Orang tua yang menghargai
kreativitas
|
Internal:
·
Keyakinan/persepsi
yang salah bahwa lingkunganlah yang menyebabkan dirinya tidak mempunyai
kesempatan mengembangkan kreativitasnya.
|
Aspek
|
Faktor
Pendukung
|
Faktor
Penghambat
|
Kreativitas
|
Pola interaksi:
·
Interaksi
yang seimbang dan saling tukar pengalaman antara orang tua dan anaknya
|
Ekternal:
·
Evaluasi yang berlebihan terhadap perilaku anak
·
Pemberian hadiah
·
Persaingan untuk merasa dinilai
·
Lingkungan yang sangat membatasi anak dalam
berperilaku
|
0 komentar:
Posting Komentar